Inilah Curahan Hati Siswa Kepada Guru Sekolahnya
Aku tahu engkau ialah orang bau tanah kedua ku sehabis ayah dan ibu ku di rumah. Aku wajib mematuhi segala perintahmu dan harus menghormatimu, lantaran engkaulah orang bau tanah ku saat saya berada di lingkungan sekolah. Namun jangan paksa saya dengan aturan yang mengharuskan saya tunduk patuh di hadapan mu, apa lagi engkau tuntut saya untuk menyayangimu, menghargaimu, dan menghormatimu.
Wahai guruku engkaulah tauladanku, tanpa engkau suruhpun niscaya akan ku sayangi, hargai, dan hormati. Wahai guruku engkaulah daerah curahan hatiku, dengarkanlah hatiku dan bimbinglah aku. Inilah segala yang selama ini tersimpan dibenak hati siswa-siswimu. Ku sampaikan supaya engkau tahu.
1. Tolong nilailah setiap kiprah yang engkau berikan
Aku telah susah payah mengerjakakan setiap kiprah sekolah yang engkau bebankan kepada ku, siang dan malam saya relakan waktu bermain demi PR sekolah, saya sempatkan pergi ke perpustakaan pada jam istirahat. Seharusnya saya bermain dan jajan kala itu, tetapi lantaran tanggung jawab ku sebagai siswa maka biarlah saya tidak jajan supaya kiprah ku selesai.
Jangan engkau biarkan hasil kerja keras ku menumpuk di atas meja kerja mu. Aku ingin segera mengetahui berapa nilai yang akan saya dapatkan, entah baik atau buruk bukan jadi masalah, yang penting saya bisa segera mengetahuinya, saya puas berapapun nilai yang akan ku peroleh, saya tidak butuh nilai bagus, yang saya butuhkan ialah mengerti hingga di mana kemampuan ku.
Mohon jangan kembali memberi kiprah lagi bila engkau mengabaikan nilaiku, apalagi kiprah itu engkau berikan hanya sebagai pengganti kesibukanmu bukan untuk mengasah kemampuanku. Aku tak kan lagi mempercayaimu bila engkau tak mau menghargai perjuangan kerasku.
2. Hukumlah saya tetapi jangan siksa aku
Aku ialah anakmu dan engkau ialah orang bau tanah ku. Aku hanyalah sampaumur yang ingin bahagia, bebas, melaksanakan apa saja tanpa berpikir panjang, kadang saya juga tidak sadar pada tingkahku apakah saya benar atau salah. Pikiranku masih sangatlah labil, berpikir paling benar, gampang terpengaruh lingkungan, mungkin juga salah dalam menentukan pergaulan.
Aku menyadari bahwa saya hanyalah insan biasa tak luput dari salah dan dosa. Aku pantas mendapatkan eksekusi atas kekhilafanku darimu wahai guruku. Nasehati dan hukumlah saya hingga saya sadar dengan eksekusi yang pantas saya terima. Namun jangan pernah siksa saya dengan bentakan apalagi dengan pukulan. Karena yang ku butuhkan ialah bimbingan bukan kekerasan.
3. Didiklah kami dengan adil
Kami tiba ke sekolah dengan banyak sekali macam perbedaan, ada yang arif (cepat menangkap pelajaran), ada yang butuh klarifikasi lebih dari sekedar kata-kata, ada yang berasal dari anak orang kaya, menengah, dan miskin. Perlakukanlah kami dengan adil dan bijaksana, jangan pilih kasih dengan hanya mencintai siswa-siswi berprestasi apalagi lantaran dia anaknya orang kaya.
Wahai ibu dan bapak guru, di luar sana sudah banyak terjadi ketidak adilan bahkan hingga terjadi peperangan. Ada kalimat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Haeuskah kami juga demikian? Pintar semakin arif dan terbelakang semakin bodoh. Masa depan pendidikan kami serta masa depan negara ini berada di bahu mu wahai ibu dan bapak guruku. Tugasmu ialah mendidik kami bukan menyeleksi kami siapa yang arif dan kaya.
4. Kami tidak sanggup menguasai seluruh mata pelajaran sekolah
Bagitu banyak mata pelajaran di sekolah kadang menciptakan kami frustasi. Tidak cukup pelajaran muatan nasional, muatan lokal pun di tambahkan. Ditambah lagi KKM tiap pelajaran yang mewajibkan kami mencapainya supaya bisa lulus sekolah. Padahal kami hanya insan biasa sama sepeti bapak dan ibu guru. Otak kami terbatas untuk menerima, mempelajari, dan menguasai seluruh mata pelajaran tersebut. Engkau di tugaskan memberikan satu atau dua mata pelajaran saja, setiap guru bertugas memberikan pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kami yakin engkaupun tak kan sanggung mengajarkan semua mata pelajaran tersebut kepada kami.
Mengertilah kami tidak ingin bernasip sama ibarat kisah sekolah hewan yang ditulis oleh Thomas Amstrong. Di dalam kisah tersebut diceritakan para hewan yang mempunyai keahliannya masing-masing risikonya mati kelaparan lantaran tidak bisa mengikuti keadaan dengan lingkungannya lagi. Kematiannya tidak lain ialah disebabkan lantaran tuntutan kurikulum yang mewajibkan mereka harus menguasai seluruh mata pelajaran di sekolah hewan tersebut. Si Elang yang mahir terbang tak lagi bisa terbang lantaran terpaksa mencar ilmu menyelam, paru-parunya sakit parah lantaran terlalu sering kemasukan air. Si Katak yang andal berenang dan melompat merelakan keahlian tersebut, kedua kakinya patah saat memaksakan diri mencar ilmu terbang. Begitupun para hewan lainnya, mereka semua kehilangan kemampuan istimewanya.
Haruskah kami para murid tersayangmu bernasip ibarat itu? Tolong jangan marahi bila kami tidak sanggup menuruti impian dari pelajaran yang engkau ajarkan. Kami niscaya mengikuti jam pelajaran tetapi tidak kesepakatan bisa mendapatkan nilai 100.
5. Do'akanlah kami
Wahai guruku, maafkanlah tingkah laku, akhlak, juga perkataan kami yang kurang berkenan di hati bapak dan ibu guru. Sekali lagi engkaulah orang bau tanah kami, jadi mohon do'akan kami semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, bangsa, dan agama. Semoga kelak kami bisa membanggakan engkau.
Kami tidak tahu apa jadinya tanpa bimbingan dan do'a dari yang engkau upayakan. Terima kasih telah sabar dan tulus mendidik kami siswa-siswi impian negara. Semoga jasa-jasa engkau di balas dengan rahmat dan ridho Allah SWT.
Terima kasih telah mendengarkan curahan hati dari murid kebangganmu.
Dari kami yang selalu menyayangimu.
Baca Juga:
Inspiratif! 10 Orang Ini Tidak Membiarkan Kegagalan Menentukan Hidup Mereka
Wahai guruku engkaulah tauladanku, tanpa engkau suruhpun niscaya akan ku sayangi, hargai, dan hormati. Wahai guruku engkaulah daerah curahan hatiku, dengarkanlah hatiku dan bimbinglah aku. Inilah segala yang selama ini tersimpan dibenak hati siswa-siswimu. Ku sampaikan supaya engkau tahu.
1. Tolong nilailah setiap kiprah yang engkau berikan
Aku telah susah payah mengerjakakan setiap kiprah sekolah yang engkau bebankan kepada ku, siang dan malam saya relakan waktu bermain demi PR sekolah, saya sempatkan pergi ke perpustakaan pada jam istirahat. Seharusnya saya bermain dan jajan kala itu, tetapi lantaran tanggung jawab ku sebagai siswa maka biarlah saya tidak jajan supaya kiprah ku selesai.
Jangan engkau biarkan hasil kerja keras ku menumpuk di atas meja kerja mu. Aku ingin segera mengetahui berapa nilai yang akan saya dapatkan, entah baik atau buruk bukan jadi masalah, yang penting saya bisa segera mengetahuinya, saya puas berapapun nilai yang akan ku peroleh, saya tidak butuh nilai bagus, yang saya butuhkan ialah mengerti hingga di mana kemampuan ku.
Mohon jangan kembali memberi kiprah lagi bila engkau mengabaikan nilaiku, apalagi kiprah itu engkau berikan hanya sebagai pengganti kesibukanmu bukan untuk mengasah kemampuanku. Aku tak kan lagi mempercayaimu bila engkau tak mau menghargai perjuangan kerasku.
2. Hukumlah saya tetapi jangan siksa aku
Aku ialah anakmu dan engkau ialah orang bau tanah ku. Aku hanyalah sampaumur yang ingin bahagia, bebas, melaksanakan apa saja tanpa berpikir panjang, kadang saya juga tidak sadar pada tingkahku apakah saya benar atau salah. Pikiranku masih sangatlah labil, berpikir paling benar, gampang terpengaruh lingkungan, mungkin juga salah dalam menentukan pergaulan.
Aku menyadari bahwa saya hanyalah insan biasa tak luput dari salah dan dosa. Aku pantas mendapatkan eksekusi atas kekhilafanku darimu wahai guruku. Nasehati dan hukumlah saya hingga saya sadar dengan eksekusi yang pantas saya terima. Namun jangan pernah siksa saya dengan bentakan apalagi dengan pukulan. Karena yang ku butuhkan ialah bimbingan bukan kekerasan.
3. Didiklah kami dengan adil
Kami tiba ke sekolah dengan banyak sekali macam perbedaan, ada yang arif (cepat menangkap pelajaran), ada yang butuh klarifikasi lebih dari sekedar kata-kata, ada yang berasal dari anak orang kaya, menengah, dan miskin. Perlakukanlah kami dengan adil dan bijaksana, jangan pilih kasih dengan hanya mencintai siswa-siswi berprestasi apalagi lantaran dia anaknya orang kaya.
Wahai ibu dan bapak guru, di luar sana sudah banyak terjadi ketidak adilan bahkan hingga terjadi peperangan. Ada kalimat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Haeuskah kami juga demikian? Pintar semakin arif dan terbelakang semakin bodoh. Masa depan pendidikan kami serta masa depan negara ini berada di bahu mu wahai ibu dan bapak guruku. Tugasmu ialah mendidik kami bukan menyeleksi kami siapa yang arif dan kaya.
4. Kami tidak sanggup menguasai seluruh mata pelajaran sekolah
Bagitu banyak mata pelajaran di sekolah kadang menciptakan kami frustasi. Tidak cukup pelajaran muatan nasional, muatan lokal pun di tambahkan. Ditambah lagi KKM tiap pelajaran yang mewajibkan kami mencapainya supaya bisa lulus sekolah. Padahal kami hanya insan biasa sama sepeti bapak dan ibu guru. Otak kami terbatas untuk menerima, mempelajari, dan menguasai seluruh mata pelajaran tersebut. Engkau di tugaskan memberikan satu atau dua mata pelajaran saja, setiap guru bertugas memberikan pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kami yakin engkaupun tak kan sanggung mengajarkan semua mata pelajaran tersebut kepada kami.
Mengertilah kami tidak ingin bernasip sama ibarat kisah sekolah hewan yang ditulis oleh Thomas Amstrong. Di dalam kisah tersebut diceritakan para hewan yang mempunyai keahliannya masing-masing risikonya mati kelaparan lantaran tidak bisa mengikuti keadaan dengan lingkungannya lagi. Kematiannya tidak lain ialah disebabkan lantaran tuntutan kurikulum yang mewajibkan mereka harus menguasai seluruh mata pelajaran di sekolah hewan tersebut. Si Elang yang mahir terbang tak lagi bisa terbang lantaran terpaksa mencar ilmu menyelam, paru-parunya sakit parah lantaran terlalu sering kemasukan air. Si Katak yang andal berenang dan melompat merelakan keahlian tersebut, kedua kakinya patah saat memaksakan diri mencar ilmu terbang. Begitupun para hewan lainnya, mereka semua kehilangan kemampuan istimewanya.
Haruskah kami para murid tersayangmu bernasip ibarat itu? Tolong jangan marahi bila kami tidak sanggup menuruti impian dari pelajaran yang engkau ajarkan. Kami niscaya mengikuti jam pelajaran tetapi tidak kesepakatan bisa mendapatkan nilai 100.
5. Do'akanlah kami
Wahai guruku, maafkanlah tingkah laku, akhlak, juga perkataan kami yang kurang berkenan di hati bapak dan ibu guru. Sekali lagi engkaulah orang bau tanah kami, jadi mohon do'akan kami semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, bangsa, dan agama. Semoga kelak kami bisa membanggakan engkau.
Kami tidak tahu apa jadinya tanpa bimbingan dan do'a dari yang engkau upayakan. Terima kasih telah sabar dan tulus mendidik kami siswa-siswi impian negara. Semoga jasa-jasa engkau di balas dengan rahmat dan ridho Allah SWT.
Terima kasih telah mendengarkan curahan hati dari murid kebangganmu.
Dari kami yang selalu menyayangimu.
Baca Juga:
Inspiratif! 10 Orang Ini Tidak Membiarkan Kegagalan Menentukan Hidup Mereka
Komentar
Posting Komentar